Friday 2 August 2013

Memutar roda

Manusia dan kehidupannya, ibarat sebuah roda yang berputar. Dan Allah menyatakan bahwa “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Surah ketiga belas ayat 11. Sebuah motivasi untuk terus menjadi lebih baik yang sangat bagus. Dengan demikian, tidak ada kesempatan bagi kita untuk menyalahkan Allah saat kita bernasib buruk.

Diayat yang lain, dikatakan bahwa dibalik kesusahan pasti ada kemudahan. Dan ini, diulang sampai dua kali. Seolah menandakan sebuah penekanan yang cukup signifikan tehadap sebuah penyelesaian dari sebuah masalah. Ataukah ini yang dinamakan takdir. Mungkin anda bisa mencari tahu dari orang yang lebih berhak membahasnya.

Disatu sisi, Allah menyuruh kita untuk terus berikhtiar sekuat tenaga. Tapi di dua sisi, Allah menyuruh kita untuk mempercayai takdir. Bukan satu tapi dua. Atau hal ini lebih sering dikenal dengan bahwa roda nasib pasti akan berputar. Bisa jadi, saat kita sedang asyik-asyiknya berada diatas. Diantara kedigdayaan kita, diantara kesenangan dunia yang melimpah dan selalu dimudahkan dalam segala urusan. Tiba-tiba roda kehidupan berputar seratus delapan puluh derajat. Terbalik, terjungkir dan menotok tanah dengan tajam. Melindas tanpa ampun dan tanpa memberikan ruang istirahat walau hanya sedetik.

Atau, sebaliknya. Saat keadaan semakin sulit dan nafas semakin sesak. Tiba-tiba ada angin segar yang bertiup. Ada hujan yang melimpah, ada musim semi yang menyapa. Semuanya berubah dalam waktu singkat. Yang miskin jadi kaya raya. Yang patah hati jadi berbunga-bunga. Yang sedih menjadi bahagia. Yang hina menjadi mulia. Semuanya bisa terjadi dalam hitungan detik, menit, jam, hari atau tahun. Tidak ada yang pernah tahu, tapi kita hanya bisa merencanakan dan berusaha untuk terus bisa keluar dari lubang himpitan.

Permasalahannya sekarang adalah seberapa besar kekuatan kita dalam menghadapi putaran roda tersebut dan seberapa kuat tekad kita untuk terus memutarnya menuju tujuan. Setiap manusia memiliki tujuan akhir. Kebahagian, inilah sebuah titik akhir seorang manusia. Baik itu kebahagian didunia maupun diakhirat. Dan roda tersebut ibarat kata adalah sebuah kenderaan atau falitas yang harus kita dorong untuk bisa mencapai titik tujuan tersebut.

Banyak yang lelah dan berhenti ditengah perjalanan serta memilih mengakhiri perjalanannya untuk selama-lamanya. Ada yang berhenti lalu mundur karena takut dengan jalur didepannya. Sedikit yang berjalan tertatih-tatih dan tidak sedikit pula yang terus melawan arus dengan semangat yang tinggi. Inilah yang seharuskan kita lakukan sebagai seorang hamba Allah yang mempercayai nasib dan mempercayai takdir. Dan memang sudah seharusnya begitu. Tidak ada tawar menawar jika ingin mencapai titik kebahagian. Itulah caranya.

Roda kehidupan itu memang berputar, dan terus akan berputar. Tapi semuanya tergantung kita ingin memutarnya kemana. Kedepan ataukah kebelakang. Atau malah memusnahkannya tanpa sisa. Memutarnya kebelakang layaknya menjadi orang yang selalu pesimis, berkeluh kesah dan tidak percaya akan sebuah pertolongan Allah. Parahnya lagi, mereka adalah orang-orang yang terus tenggelam dimasa lalu. Atau kita ingin memutar roda tersebut kedepan, dan terus menanjaki tebing terjal kehidupan. Ringan tidaknya sebuah beban semuanya tergantung diri kita sendiri. Memutar roda kehidupan kedepan adalah sebuah langkah maju untuk mencapai sebuah titik kebahagian.

Pelan atau cepat itu hanya urusan waktu dan power, yang terpenting adalah kita selalu selangkah lebih maju. Jika lelah berhenti ditempat tanpa pernah mundur banyak. Selangkah mundur untuk menarik ancang-ancang seribu langkah kedepan adalah sebuah kesuksesan yang hebat. Mungkin kita selalu bermasalah dengan filosofi seorang supir truk yang suka melihat kaca spion belakangnya sedangkan kaca didepannya jauh lebih besar. Tapi seharusnya kita bertanya, salahkah hal itu? Tentu saja tidak. Karena orang yang melihat masa lalunya lantas mengambil pelajaran darinya dan menjadikannya sebagai sebuah lecutan semangat kedepan apa salahnya. Bukankah seorang supir juga hati-hati agar tidak mundur terlalu sembrono sehingga masuk lubang dan terperosok. Atau, saat ia berkendara tidak ditabrak dari belakang. Paling tidak ia bisa berhati-hati dengan setiap keputusan yang diambilnya.

Takdir, Itu ditangan Allah. Usaha ada ditangan manusia. Doa, itu adalah sebuah kewajiban dan power, adalah titik akhir untuk mewujudkan kepercayaan akan janji Allah. Roda kehidupan akan terus berputar sampai kita menghadap Allah. Tapi, semuanya ada ditangan kita. Memutarnya kearah mana, kedepan atau kebelakang. Semuanya adalah nasib anda. Anda sendiri yang mendorongnya dan menentukan keputusan. Tidak ada yang salah dengan takdir tapi manusia itulah yang sering menyerapahi takdir. Padahal dirinya sendirilah yang harus disumpah serapahi karena lupa bahwa ada Allah disisinya. Tentu ini semua tergantung keimanan kita kepada Allah. Semuanya kita yang menentukan. Ingin bahagia atau terus pesimis dengan nasib yang sudah ada. Ingin bergerak mewujudkan kebahagian dengan ridha Allah ataukah malah ingin mendapat azab.

Wallahu`alam

No comments:

Post a Comment

my videos

part 2